Sabtu, 21 April 2012

Nama : Anisatul Farihah Nim : 2222100242 Kelas : 4 A / Diksatrasia APRESIASI DRAMA SANG KURIANG Karya : Utuy Tatang Sontani

Tugas kali ini membaca drama Sang Kuriang karya Utuy Tatang Sontani, halaman buku berjumlah 57 halaman ini mengisahkan cerita yang berbeda yakni dalam bentuk penulisannya berupa pantun dan gurindam, bukan tulisan yang bisanya saya baca sebelum membaca drama sang kuriang. Dalam drama ini ada penambhan tokoh yakni Arda Lepa yang sering disebut mamang oleh Dayang Sumbi, menurut Bahasa Indonesia mamang atau paman adalah adik dari orangtua laki-laki atau perempuan. Paman tersebut hanya sebutan saja atau adik dari orangtua Dayang Sumbi 
Dalam  drama Sang Kuriang, tokoh Sangkuriang merupakan lelaki yang pantang menyerah. Kematian Dayang Sumbi tidak membuatnya menyerah, misalnya dengan mengakui Dayang Sumbi sebagai ibunya. Malahan, kematian Dayang Sumbi dengan bunuh diri dianggap tantangan baginya sehingga ia menerima tantangan itu dengan melakukan bunuh diri pula.
Dalam drama ini terdapat beberapa lakon atau peran yakni:
·         Lakon pertama: Dayang Sumbi sudah bicara kepada Sang Kuriang bahwa ia adalah ibunya.
·         Lakon kedua: si Tumang belum terbunuh setelah mengetahui bapak sangkuriang yang dayang sumbi ceritakan. Dalam lakon kedua ini ada tokoh baru yakni Raja Siluman yang membisikan pikiran sangkuriang. Bujang atau bibi yang selalu menemani dayang sumbi. Pada saat tumang bapak dari sangkuriang ingin memeluk, ditikam atau dibunuh oleh sangkuriang.
·         Lakon tiga: sangkuriang tetap memaksa ingin menikahi Dayang Sumbi, walaupun ibunya tersebut sudah menceritakan bahwa ia anaknya. kemudian Dayang Sumbi meminta syarat walau sebenarnya hatinya tidak menginginkan menikah dengan anaknya. Persyaratan itu membuat bendungan Citarum dan perahu untuk berlayar diatasnya. Harus sudah selesai sebelum fajar.
·         Lakon pertama: perahu dan telaga hampir selesai bekerja di malam hari, Dayang Sumbi seorang ibu merasa takut, cemas dan khawatir. Kemudian meminta Arda Lapa untuk membaka hutan agar api besinar-sinar menyerupai sinar fajar. Agar sangkuriang merasa fajar telah tiba dan merasa kesiangan.
·         Lakon kedua: Sang Kuriang merasa kesiangan. Namun tekadnya sangat keras. Ia mengejar Dayang Sumbi untuk dinikahi. Dayang Sumbi berlari dan bunuh diri dengan kujang (senjata penikam hasil kebudayaaan Sunda). Kemudian Sang Kuriang bunuh diri karena ingin terus mengejar Dayang Sumbi.
ini termasuk drama duka, yang menggambarkan kejatuhan atau keruntuhan tokoh utama, juga melukiskan tikaian diantara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan—tragedi. Dialog dalam drama ini amat mirip dengan pantun, dimana dalam dialognya yang kebanyakan empat baris lariknya sama (a, a, a, a) atau baris pertama sama dengan baris ketiga, yang baris kedua sama dengan baris keempat (a, b, a, b).
Awal mula sangkuriang terlahir karena pada saat Dayang Sumbi sedang merajut atau menenun, taropongnya terjatuh karena Dayang Sumbi mengantuk maka ia meminta kepada seseorang untuk mengambilnya ketika itu dia menjanjikan ucapannya yakni barang siapa yang berhasil mengambil taropong (alat tenun yang sewaktu menenun tidak boleh lepas dari tangan si penenun) jika ia perempuan akan dijadikan saudara sedangkan jika ia laki-laki akan dijadikan suami. Andai saja dayang sumbi tidak berbicara seperi itu mungkin tak akan ada pernikahan dengan si tumang dan mungkin tak ada sangkuriang, dayang sumbi dalam cerita drama tersebut tekesan seperti malas untuk mengambil taropong, Tanpa Dayang Sumbi pikirkan dengan ucapannnya itu akhirnya taropong ditemukanlah oleh si tumang anjing hitam, mau tak mau Dayang Sumbi harus menikahi si Tumang itu dan kemudian melahirkan anak bernama sangkuriang. Oleh karena itu pesan yang tersampai kepada saya pembaca adalah jangan malas untuk melakukan sesuatu walau itu berat dan jangan sesekali berbicara yang menjanjikan akan tetapi tak sanggup untuk melakukannya.
Sebuah kisah cerita yang aneh untuk saya ulas, seorang anak tega ingin menikahi ibunya sendiri. Memang di maklumi puluhan tahun ibu dan anak tersebut berpisah antara jarak dan waktu, tapi dengan adanya bukti-bukti yang benar dan akurat harusnya sang kuriang memikirkan kembali niat buruknya itu. Apalah arti cinta kalau hanya sepihak saja, jangan terlalu memaksakan diri karena nafsu birahi yang berlebihan. Semuanya hanya akan membuat kesengsaraan dan tidak akan mendapat hasil yang baik. Apa yang dilakukan Dayang Sumbi dengan cara memberikan syarat benar adanya yakni dengan membuat telaga citarum dan perahu dalam jangka hanya satu malam saja, dayang sumbi mengira kalau sangkuriang tidak akan mampu malakukannya tapi ternyata tidak demikian justu sangkuriang menyanggupi hal itu karena ia di bantu oleh raja siluman, hampir saja selesai namun kehawatiran dan kecemasan dayang sumbi mulai tak karuan, akhirnya ia menyuruh Arda Lepa untuk membakar hutan agar sangkuriang mengira hari sudah terbit fajar. Seandainya saja tidak ada pembakaran hutan pasti dayang sumbi dinikahi oleh sangkuriang yang bersikeras itu. kalau dianalogikan berarti Dayang Sumbi memberi harapan kepada Sang Kuriang dengan memberi persyaratan, siapa laki-laki yang tidak takut dengan tantangan,  apa yang ia inginkan kalau sudah kuat pasti akan ia perjuangkan. Jangan main-main dengan perbuatan. Karangan drama utuy tatang sontani ini memberi pesan yang sama bahwa anak tidak boleh menikahi ibunya yang melahirkan, bagaimana atau bentuk apapun, Seorang ibu harus kita patuhi atas pengorbanannya yang melahirkan kita di dunia. Pada saat rasul ditanya oleh sahabat, “ya rasul siapa orangtua paling harus aku hormati, kemudian rasul menjawab dengan sebutan ibu sebanyak tiga kali, kemudian yang keempatnya adalah sebutan bapak. Sungguh besar perjuangan ibu sampai-sampai ia harus bertaruh nyawa untuk melahirkan kita didunia. Oleh karenanya apabila masih ada ibu kita tentu sayangi dan hormatinya dengan setulus serta sepenuh hati. Karena hanya ibu yang benar-benar sayangnya tak terbalas.

Rabu, 18 April 2012

AkhwaT CaNtik


Akhwat adalah istilah populer –saat ini- untuk menyebut komunitas muslimah
berjilbab lebar, berbaju longgar. Walau berasal dari bahasa Arab, tapi menjadi familiar dikalangan pengiat dakwah. Akhwat, bermakna saudara perempuan (plural). Lawan kata dari Ikhwan. Tingginya aktivitas dan luasnya skala dakwah menjadikan akhwat mudah dikenal dengan mobilitasnya. Tentunya dengan baju khasnya, gampang diidentifikasi. Terutama di kampus-kampus yang merupakan lembah persemaian para intelektual muda. Identik juga dengan cap kesholehannya.
Siapa pula yang tidak ingin cantik? Beribu produk kecantikan lahir, ribuan alat penghias diproduksi untuk memanjakan wanita demi “rasa” cantik. Tak hanya didamba para wanita tapi kecantikan juga dipuja pria. Maka lahirlah milyaran puisi, jutaan syair, puluhan ribu lirik lagu melukiskannya. Betapa banyak ksatria rela mati demi kecantikan sang gadis. Kegagahan panglima takluk dalam kelembutan wanita, yang menurutnya cantik.
Akhwat cantik? Menjadi menarik, karena merupakan kombinasi antara kecantikan ragawi dan keindahan ukhrowi. Jika Anda seorang Akhwat, pasti merasa tersipu bahagia jika dikatakan cantik. Cantik menjadi dambaan. Tak ketinggalan pemutih kulit menjadi kosemetik paling populer di kalangan wanita (jika asumsi mainsteamnya, putih itu cantik). Jika Anda seorang ikhwan tentu memimpikan gadis cantik dan sholehah. Kombinasi yang wah. Keujung duniapun dikejar. Virus H2C (harap-harap cinta) bisa menggurita. Terbukti dari data penelitian sebuah Partai Dakwah, di Jakarta mayoritas (hampir 70%) ikhwan memilih menikahi akhwat karena tampilan luar. Para orangtua pun menjadi pihak yang paling repot jika anak gadisnya yang cantik menjadi incaran para pemuda. Maka bayangkanlah Anda menjadi orang tua seorang Akhwat yang cantik. Belum selesai kuliah sudah banyak yang melamar. Malah baru semester II sudah dipesan. Berharap bisa dipersunting orang kaya? Wajar. Cantik sih..
Seorang temen berujar, “Temen Akhwatnya cantik-cantik ya..,” really? Ah.. tetapi cantik itu relatif tiap bagi orang. Abstrak dan subyektif. Yang jelas kecantikan seperti pisau bermata dua. Disatu sisi menyejukan disisi lain melenakan dan menyesatkan. Betapa banyak wanita cantik tapi hatinya busuk, padahal kita kadung mengaguminya. Adalah sangat tidak adil ketika kita berteman, memilah yang cantik dan ganteng saja. Malah teman sejati dan sehati kita malah kebanyakan yang biasa-biasa saja. Tapi kita merasa tenteram. Justru yang cantik malah terlihat angkuh. Kita merasa nyaman bersahabat bukan karena mukanya toh! Saling mengerti dan menyayangi tidak dibangun dari warna kulit. Tapi dibangun dengan hati. Banyak Artis cantik diceraikan oleh suaminya. Tau kenapa? Karena rasa cantik itu telah sirna! Ternyata cantik itu adalah rasa, bukan benda. Kecantikan juga membuat sebagian orang besar kepala. Bisa menundukkan orang lain. Sombong dan berbangga diri. Hingga lupa bahwa dia cuma seonggok daging yang melapisi tulang.
Cantik adalah ujian (fitnah), bukan anugerah seperti yang diploklamirkan orang banyak. Sebagaimana buruk rupa juga ujian. Dan sebagaimana BBS (biasa-biasa saja/ alias cantik engga..jelek juga engga…) juga ujian. Bukankah bagi Allah yang paling mulia adalah yang paling taqwa? Kecantikan hakiki itu dalam diri kita (inside) bukan luar tubuh kita (outside). Mengapa harus risau? Jawabannya, karena mata kita “tukang tipu”. Menyesatkan. Seorang bijak mengatakan “jika ingin matamu tidak tertipu kemilau dunia, jadilah seorang buta”. Maka dalam hal ini, beruntunglah orang-orang yang buta. ^_^Padahal, yang fisik itu sangat dekaden, sangat bergantung pada ukuran waktu; tidak abadi. Kemanusiaannya itu yang abadi, dan ini, yang mestinya menjadi alasan mendasar relasi antara anak manusia , atau antara laki-laki dan perempuan. Akhwat cantik, so what..