Tugas
kali ini membaca drama Sang Kuriang karya Utuy Tatang Sontani, halaman buku
berjumlah 57 halaman ini mengisahkan cerita yang berbeda yakni dalam bentuk
penulisannya berupa pantun dan gurindam, bukan tulisan yang bisanya saya baca
sebelum membaca drama sang kuriang. Dalam drama ini ada penambhan tokoh yakni
Arda Lepa yang sering disebut mamang oleh Dayang Sumbi, menurut Bahasa
Indonesia mamang atau paman adalah adik dari orangtua laki-laki atau perempuan.
Paman tersebut hanya sebutan saja atau adik dari orangtua Dayang Sumbi
Dalam drama Sang
Kuriang, tokoh Sangkuriang merupakan lelaki yang pantang menyerah. Kematian
Dayang Sumbi tidak membuatnya menyerah, misalnya dengan mengakui Dayang Sumbi
sebagai ibunya. Malahan, kematian Dayang Sumbi dengan bunuh diri dianggap
tantangan baginya sehingga ia menerima tantangan itu dengan melakukan bunuh
diri pula.
Dalam
drama ini terdapat beberapa lakon atau peran yakni:
·
Lakon pertama: Dayang Sumbi sudah bicara
kepada Sang Kuriang bahwa ia adalah ibunya.
·
Lakon kedua: si Tumang belum terbunuh
setelah mengetahui bapak sangkuriang yang dayang sumbi ceritakan. Dalam lakon
kedua ini ada tokoh baru yakni Raja Siluman yang membisikan pikiran
sangkuriang. Bujang atau bibi yang selalu menemani dayang sumbi. Pada saat
tumang bapak dari sangkuriang ingin memeluk, ditikam atau dibunuh oleh
sangkuriang.
·
Lakon tiga: sangkuriang tetap memaksa
ingin menikahi Dayang Sumbi, walaupun ibunya tersebut sudah menceritakan bahwa
ia anaknya. kemudian Dayang Sumbi meminta syarat walau sebenarnya hatinya tidak
menginginkan menikah dengan anaknya. Persyaratan itu membuat bendungan Citarum
dan perahu untuk berlayar diatasnya. Harus sudah selesai sebelum fajar.
·
Lakon pertama: perahu dan telaga hampir
selesai bekerja di malam hari, Dayang Sumbi seorang ibu merasa takut, cemas dan
khawatir. Kemudian meminta Arda Lapa untuk membaka hutan agar api besinar-sinar
menyerupai sinar fajar. Agar sangkuriang merasa fajar telah tiba dan merasa
kesiangan.
·
Lakon kedua: Sang Kuriang merasa
kesiangan. Namun tekadnya sangat keras. Ia mengejar Dayang Sumbi untuk
dinikahi. Dayang Sumbi berlari dan bunuh diri dengan kujang (senjata penikam
hasil kebudayaaan Sunda). Kemudian Sang Kuriang bunuh diri karena ingin terus
mengejar Dayang Sumbi.
ini
termasuk drama duka, yang menggambarkan kejatuhan atau keruntuhan tokoh
utama, juga melukiskan tikaian
diantara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa yang berakhir dengan
malapetaka atau kesedihan—tragedi. Dialog dalam drama ini amat mirip dengan pantun,
dimana dalam dialognya yang kebanyakan empat baris lariknya sama (a, a, a,
a) atau baris pertama sama dengan baris ketiga, yang baris kedua sama dengan
baris keempat (a, b, a, b).
Awal
mula sangkuriang terlahir karena pada saat Dayang Sumbi sedang merajut atau
menenun, taropongnya terjatuh karena Dayang Sumbi mengantuk maka ia meminta
kepada seseorang untuk mengambilnya ketika itu dia menjanjikan ucapannya yakni
barang siapa yang berhasil mengambil taropong (alat tenun yang sewaktu menenun
tidak boleh lepas dari tangan si penenun) jika ia perempuan akan dijadikan
saudara sedangkan jika ia laki-laki akan dijadikan suami. Andai saja dayang
sumbi tidak berbicara seperi itu mungkin tak akan ada pernikahan dengan si
tumang dan mungkin tak ada sangkuriang, dayang sumbi dalam cerita drama
tersebut tekesan seperti malas untuk mengambil taropong, Tanpa Dayang Sumbi
pikirkan dengan ucapannnya itu akhirnya taropong ditemukanlah oleh si tumang
anjing hitam, mau tak mau Dayang Sumbi harus menikahi si Tumang itu dan
kemudian melahirkan anak bernama sangkuriang. Oleh karena itu pesan yang
tersampai kepada saya pembaca adalah jangan malas untuk melakukan sesuatu walau
itu berat dan jangan sesekali berbicara yang menjanjikan akan tetapi tak
sanggup untuk melakukannya.
Sebuah
kisah cerita yang aneh untuk saya ulas, seorang anak tega ingin menikahi ibunya
sendiri. Memang di maklumi puluhan tahun ibu dan anak tersebut berpisah antara
jarak dan waktu, tapi dengan adanya bukti-bukti yang benar dan akurat harusnya
sang kuriang memikirkan kembali niat buruknya itu. Apalah arti cinta kalau hanya
sepihak saja, jangan terlalu memaksakan diri karena nafsu birahi yang berlebihan.
Semuanya hanya akan membuat kesengsaraan dan tidak akan mendapat hasil yang
baik. Apa yang dilakukan Dayang Sumbi dengan cara memberikan syarat benar
adanya yakni dengan membuat telaga citarum dan perahu dalam jangka hanya satu
malam saja, dayang sumbi mengira kalau sangkuriang tidak akan mampu
malakukannya tapi ternyata tidak demikian justu sangkuriang menyanggupi hal itu
karena ia di bantu oleh raja siluman, hampir saja selesai namun kehawatiran dan
kecemasan dayang sumbi mulai tak karuan, akhirnya ia menyuruh Arda Lepa untuk
membakar hutan agar sangkuriang mengira hari sudah terbit fajar. Seandainya saja
tidak ada pembakaran hutan pasti dayang sumbi dinikahi oleh sangkuriang yang
bersikeras itu. kalau dianalogikan berarti Dayang Sumbi memberi harapan kepada
Sang Kuriang dengan memberi persyaratan, siapa laki-laki yang tidak takut
dengan tantangan, apa yang ia inginkan
kalau sudah kuat pasti akan ia perjuangkan. Jangan main-main dengan perbuatan.
Karangan drama utuy tatang sontani ini memberi pesan yang sama bahwa anak tidak
boleh menikahi ibunya yang melahirkan, bagaimana atau bentuk apapun, Seorang
ibu harus kita patuhi atas pengorbanannya yang melahirkan kita di dunia. Pada
saat rasul ditanya oleh sahabat, “ya rasul siapa orangtua paling harus aku hormati,
kemudian rasul menjawab dengan sebutan ibu sebanyak tiga kali, kemudian yang
keempatnya adalah sebutan bapak. Sungguh besar perjuangan ibu sampai-sampai ia
harus bertaruh nyawa untuk melahirkan kita didunia. Oleh karenanya apabila
masih ada ibu kita tentu sayangi dan hormatinya dengan setulus serta sepenuh
hati. Karena hanya ibu yang benar-benar sayangnya tak terbalas.
Naskah drama Sang Kuriang-nya mana? Mengapa tidak dimuat dahulu? Dapatkah saya membacanya?
BalasHapus